KIBLAT.NET – Umat Islam –melalui tokoh-tokoh pemersatunya– sedang
mengalami berbagai tekanan sistemik dan terstruktur sedemikian rupa.
Tidak dapat dipungkiri, dan semakin jelas arah tujuannya, yakni tidak
lain, tidak bukan dalam rangka meneguhkan kepentingan-kepentingan
tertentu yang sulit untuk dianalis secara nalar. Jelasnya, telah terjadi
kriminalisasi dan ini merupakan suatu keniscayaan.
Kadang, kepentingan politik lebih determinan dari kepentingan hukum.
Ketika, kepentingan politik bertentangan dengan kepentingan hukum, maka
demi kepentingan politik, adalah suatu yang ‘halal’ kepentingan hukum
terpaksa harus ‘dikorbankan’. Iklim dan suhu politik memang cenderung
meninggi, tidak dapat dilepaskan dari kepentingan Pilkada dan proses
persidangan Ahok sebagai salah satu calon yang mendapat sokongan kuat
dari “The Ruling Class“.
Menjadi masuk akal, ketika GNPF-MUI sebagai inisiator Aksi Bela
Islam, dianggap oleh sejumlah pihak sebagai lawan politik yang
mengganggu kepentingan politik menjelang Pilkada harus berurusan dengan
pihak Kepolisian. Sejumlah peristiwa biasa telah menjadi tindak pidana
dan oleh karenanya harus dipertanggungjawabkan secara pidana pula.
Habib Rizieq Shihab, Lc, MA, DPMSS tersangkut berbagai kasus, seperti sangkaan penodaan Pancasila, tuduhan logo Palu Arit dalam uang baru, penodaan agama. Pada yang tersebut pertama, telah ditetapkan sebagai “tersangka”.
H. Munarman, SH, juga mengalami hal yang sama “tersangka” atas
sangkaan ujaran permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap golongan
penduduk tertentu. Terbaru, adalah adanya klaim dari pihak Bareskrim
bahwa telah diduga adanya tindak pidana pencucian uang (money
laundering) dengan tindak pidana asal (predicate crime) berupa
pengalihan atau penggelapan uang umat, Al-Mukarram KH. Bachtiar Nasir.
Lc., dan lain-lainnya terancam pelabelan yang sama pula “tersangka”.
Saya
tidak habis berpikir, sudah demikian menguatkah api fitnah terjadi di
negeri ini? Mengapa dan untuk siapa sebenarnya bekerjanya hukum ini
diproyeksikan? Sepertinya, kebangkitan Islam selalu menjadi momok dan
oleh karenanya memang harus dikerdilkan, sebab Islam sebagai “Din”
dianggap sebagai ideologi tertutup yang tidak rasionalis, bertentangan
dengan nasionalisme. Bahkan adanya anggapan bahwa kebangkitan Islam akan
menggusur 4 (empat) pilar kebangsaan.
Dari awal perjuangan kemerdekaan hingga saat ini, umat Islam –
melalui tokoh-tokohnya – berupaya berkontribusi nyata untuk membangun
kemaslahatan bangsa dan negara tanpa ada niatan sama sekali untuk
merubah bentuk negara dan mengganti ideologi Pancasila. Justru Islam
sangat menghargai kebhinekaan dan sekaligus menjaga keharmonisannya,
sesuai dengan konsepsi “Rahmatan lil Alamin,” termasuk di dalamnya “justice for all.”
Kami tidak akan pernah berkhianat, kami hanya ingin meninggikan agama
Allah, dan sudah tentu termasuk didalamnya membangun ukhuwah
kebangsaan guna tercapainya cita-cita dan tujuan the founding fathers,
yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Pada Aksi 212, kami telah mengetuk ‘pintu langit’ untuk kemaslahatan
bangsa dan negara, kami percaya pertolongan Allah SWT mengalahkan
berkumpulnya semua manusia dan jin dalam memberikan perlindungan, hanya
kepada-Nya kami panjatkan pertolongan.
Saya pribadi, sebagai anak bangsa menangis dengan jeritan hati yang
tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, sebenarnya apa yang akan
terjadi?
Oleh: H. Abdul Chair Ramadhan, SH, MH., Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusathttps://www.kiblat.net/2017/02/12/merdeka-dari-jeratan-kriminalisasi/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Aku Mengikhlaskanmu
Segala tentangmu selalu menjadi utama Karna kamu selalu menjadi pemeran utama pada tiap untaikan kata yang ku rangkai Bahkan segala hal tent...
-
aku tahu aku bukanlah orang yang sempurna.. tak selamanya yang aku lakukan itu benar.. aku bukanlah orang yang luput dari kesalahan ...
-
memetik sebuah kisah darinya..... *=* Aku....sebut saja namaku Atqiya. Aku seorang siswi disebuah masdrasah didaerah Jawa Tengah. A...
-
....لا يكلف الله نفسا إلا وسعها " Allah tak akan membebani hambaNya kecuali dalam kadar kemampuannya.." meski terkadang k...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar